DRAMA "roh"
karya wisran hadi
(juara harapan ii
sayembara menulis naskah drama dkj 2003)
Pengantar Pementasan
i
seorang medium
bukanlah dukun atau tabib, tetapi perantara. dia dikenal dalam masyarakat
tradisi sebagai seorang yang lebih daripada dukun biasa. dia dapat membuat
hubungan antara manusia yang masih hidup dengan roh atau arwah (menurut
kepercayaan tradisi) dari orang yang telah lama meninggal.
konon, roh-roh
itu menyusup ke dalam diri si perantara setelah memenuhi segala persayaratan berupa
sesajian, kembang dan kemenyan, serta mantra-mantra yang dinyanyikan dengan
irama yang spesifik dan magis. setelah roh masuk ke dalam tubuh si perantara,
dia tidak lagi sebagai dirinya sendiri sehingga tingkah laku, suara dan irama
bicaranya jauh berbeda dengan tingkah lakunya sehari-hari.
percaya
atau tidak, benar atau tidak, peranan perantara begitu penting. meminta bantuan
seorang perantara merupakan usaha terakhir dari mereka yang ingin mengobati
penyakit yang tidak dapat diatasi oleh dokter di zaman modern ini. bahkan
perantara dapat mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan yang akan terjadi
pada diri seseorang saat ini maupun di masa datang. roh-roh itu akan bicara
dengan manusia melalui diri si perantara. hanya si perantara itu saja yang mampu
memanggil roh-roh. entah roh apa, atau roh siapa. roh-roh itu yang menyelusup
secara berganti-ganti ke dalam tubuh si perantara itu adalah roh-roh dari
tokoh-tokoh terkenal dan nenek moyang yang entah kapan dan bagaimana
memanggilnya.
ii
ibu suri sebenarnya
hanyalah panggilan. dia bukan ibu seorang raja atau istri dari raja, maupun
bengsawan mana pun. ibu suri, seorang perempuan yang berstatus sebagai ibu yang
menganggap dirinya ibu dari suri. sedangkan siapa suri itu sendiri, dia pun
sulit untuk menjelaskan apa, siapa dan bagaimana. ibu suri tidak percaya benar
pada roh yang dapat masuk ke dalam diri perantara. apalagi sebagai orang yang
beragama, meminta bantuan si perantara adalah pekerjaan setan yang menggoda
keimanan seseorang. menurut guru agama ibu suri, hanya kepada tuhan saja
manusia harus meminta tolong, bukan pada roh atau arwah nenek moyang, jika
manusia meminta tolong pada setan, pekerjaan itu disebut syirik, menduakan
keesaan tuhan dan diancam dengan dosa yang berat sekali, dosa yang tak dapat
diampuni dan kekal tempatnya di neraka kelak.
tapi
apa boleh buat, ibu suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia
diyakinkan akan peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan
manusia. dia mau mengikuti tradisi itu karena yakin tidak akan dapat menemui
suri. oleh karena itu, ibu suri tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai
pekerjaan benar atau tidak, logis atau tidak. soalnya, ibu suri terdesak oleh
keadaan yang tidak dapat diatasinya sendiri dan mau tidak mau dia harus mengikuti
tradisinya, walaupun sudah hidup di zaman modern seperti sekarang ini. berarti,
ibu suri tetap punya kecendrungan tradisi walau bertentangan dengan ajaran
agama, logika dan perkembangan zaman.
iii
drama roh
dikembangkan dari kegiatan pengobatan tradisional yang memakai jasa perantara.
pengobatan demikian masih berlangsung sampai sekarang. tidak hanya pada
masyarakat tradisional saja, tetapi juga pada masyarakat yang disebut modern
seperti sekarang. pada umumnya kegiatan pengobatan begini masih berlangsung di
kampung-kampung dalam kawasan pesisir (rantau) timur minangkabau, seperti
daerah kuantan. cara pengobatan seperti itu disebut masyarakat di sana dengan
nama tagak balian.
dalam
tahapan cerita berikutnya, dikembangkan pula bentuk sebuah acara tradisional
yang lain, yaitu meminta berkah ke tempat-tempat yang dianggap suci dan
keramat, biasanya ke kuburan-kuburan tertentu. upacara minta berkah ini juga
masih berlangsung sampai sekarang, terutama di daerah pesisir selatan sekarang.
di pariaman misalnya, upacara meminta berkah disebut basapa.
selain
itu penceritaan roh ini diselingi dengan randai dan indang, dua bentuk kesenian
tradisi minangkabau yang masih popular sampai sekarang.
Dramatic Personae
- ibu suri
- manda
- tokoh i
- tokoh ii
- tokoh iii
- tokoh iv
- tokoh v
- tokoh vi
- tokoh vii
- tokoh viii
- tokoh ix
- tokoh x
- tokoh xi
- tokoh xii
- tokoh xiii
Bagian Pertama
Pada tampah-tampah besar
diletakkan buah semangka sedemikian rupa di antara bunga-bunga dan dedaunan,
sepiring bara panas dan sekam pembakar kemenyan, pisau, dua gelas air, lampu
minyak tanah yang menyala dan sepiring beras. sesajian ini dibawa oleh para
pemain yang menutup diri mereka masing-masing dengan selembar kain hitam yang
lebar dan meletakkannya di pinggir dan sudut-sudut pentas. setelah sesajian
diletakkan, mereka duduk dan diam membeku.
Di tengah pentas, manda bersujud
dengan kedua tangan direntangkan melebar di lantai, tubuhnya dieslimuti kain
hitam yang lebar. di samping manda, duduk ibu suri. ibu suri berumur separuh
baya, kaya tentu saja – ini terlihat pada gelang dan cincin permata yang
dipakainya, jam tangan yang mahal, dan kacamata tanpa bingkai. dia agak sedikit
gemuk, naumn dandanannya rapi. dia menunggu penuh harap sekaligus takut, karena
inilah kali peratama baginya berhubungan dengan roh atau arwah nenek moyang.
bau kemenyan menusuk-nusuk hidung.
saat cahaya menerangi pentas,
manda mulai memanggil roh para tokoh dan arwah nenek moyang, tubuhnya menggigil
dan terdengar suaranya berirama membaca mantra.
manda
malekum malekum malekum salam.
lam malekum malekum salam
malekum salam. salamalekum.
membuka kain penutup tubuh dan
menyalami ibu suri. bicara seperti biasanya
kuingatkan sekali lagi, ibu suri.
jika dia datang, jelaskan segala persoalan ibu suri. dia akan memperkenalkan
diri sebelum kau mengenalnya. selama dia ada dalam tubuhku, dia bukanlah aku.
apa saja boleh kau tanyakan, tak perlu segan atau malu-malu.
melepaskan pegangan tangan pada
ibu suri
ibu suri
baiklah, manda.
manda (menutup dirinya
kembali dengan kain hitam dan menyanyi sambil membaca mantra seperti semula)
malekum malekum malekum salam.
lam malekum malekum salam
malekum salam..
sesaat lagi kupinjamkan jasadku
padamu. kepada roh-roh para tokoh tak berbentuk. arwah nenek moyang yang hilang
tubuh, aku tak akan jadi aku karena kau wujud dalam aku ku.
malekum malekum malekum salam,
lam malekum salam. salam
malekum.
sesaat lagi aku pinjamkan jasadku.
aku penanggung akibat, kau pencari sebab. aku ingin selamat, kau tak usah
bertanggung jawab.
malekum malekum malekum salam.
lam malekum salam, salam
malekum salam.
semua pemain (kecuali ibu
suri)
kum salam. kum salam. kum
salam.
proses penyusupan roh ke dalam
tubuh manda mulai berlangsung, manda menggigil, kain hitam yang menyelimutinya
bergoyang-goyang. kemudian, manda berdiri dan berputar-putar seperti gasing.
makin lama makin cepat. kain hitamnya mengembang di udara.
para pemain yang tadi duduk pada
maing-masing sajiannya berdiri dan ikut berputar-putar pla. kain-ian hitam
lebar yang memenuhi pentas, mengembang dan kemudian bergabung dengan manda.
manda seakan hilang dalam putaran. tempatnya digantikan oleh seorang pemain,
roh yang dipanggil. selama putaran berlangsung, mereka bersuara seperti suara
telapak kuda yang berlari dari jauh dan semakin lama samkin dekat. pemain yang
menggantikan manda tadi berputar-putar mengelilingi ibu suri. sedangkan yang
lain perlahan kembali kepada sesajian.
Manda (menyanyi,tapi entah
di mana)
malekum malekum malekum salam.
lam malekum salam.
salam malekum salam
Tokoh i (pemain yang
mengganti tempat manda tadi)
assalumalaikum.
mengulurkan tangan dari balik
kain hitam yang menyelimuti tubuhnya pada ibu suri. ibu suri penuh ketakutan
menerima jabat tangan itu
Ibu Suri
wa’alaikum salam
tokoh i (menurunkan kain
hitam penutup tubuhnya. wajahnya putih sekali dan kaku. ibu suri takut
melihatnya, tapi ditahannya ketakutan itu sekuat tenaga)
akulah datuk ketumanggungan,
putra satuk sri maharaja diraja.
di pariangan padang panjang.
peletak dasar system adapt koto piliang
tiada rakyat tanpa raja, hidup
berjenjang naik, bertangga turun
dan, aku pun mati juga, walaupun
menang dalam perang saudara.
berkubur di bawah beringin
songsang beribu tahun silam.
ibu suri
selamat datang datuk
ketumanggungan
tokoh i
o, kau cucuku. dipanggil ibu suri
karena kecintaanmu pada suri
ibu suri
benar, datuk.
tokoh i
dan, kau ingin menanyakan tentang
suri.
ibu suri
benar, datuk. kini semua orang
menyangsikan suri. mereka katakana suri terkena guna-guna. semua dokter yang
mengobatinya jadi teler, segala dukun yang memberinya ramuan jadi pikun.
selamatkan suri ku, o… datuk ketumanggungan.
tokoh i
trerlalu kau cemaskan suri,
karena menganggap suri satu-satunya pelanjut keturunan dan jika suri mati,
orang lain akan mewarisi harta dan tanah pusaka. begitukah?
ibu suri
ya, ya, eh, ya benar… benar,
datuk.
tokoh i
panggil suri
ibu suri
sekarang suri tidak ada di sini,
datuk.
tokoh i
kalau begitu, biar aku
mencarinya.
ibu suri
bagaimana mungkin datuk
mencarinya.
tokoh i
perantara dapat mewujudkan aku.
aku pun dapat mewujudkan suri. kelak kau akan dapat memahaminya.
tokoh i menutup dirinya kembali
dengan kain hitam dan berputar seperti gasing sebagaimana tadi dia dijelmakan.
begitu juga para pemain lain berputar mengelilingi sesajian. terdengar suara
telapak kuda berlari.
manda (menyanyi, tapi
entah di mana)
malekum malekum malekum salam.
lam malekum salam. salam
malekum salam
tokoh i
assalamualaikum.
ibu suri
wa’alaikum salam
tokoh i (mengeluarkan
segulung kain putih yang sudah digunting pinggirannya seukuran tubuh manusia)
inilah suri.
ibu suri (ketakutan)
suri? suri ku? suri? begitukah
suri? o, suri.
tokoh i (melambai-lambaikan
kain putih itu ke udara setiap kali menyebut nama suri)
suri, selama ini berada dalam
pasungan, tidak dapat keluar malam. tidak mampu berjalan dan berlari. dia tetap
berada di tempatnya.
suri, membuka pasungannya
sendiri, mencoba berlari dan berlari. tapi kakinya tidak kuat menahan berat
tubuh. tidak mampu berdiri di kaki sendiri.
suri tersiksa. tersiksa dengan
kemerdekaan yang diperolehnya.
suri ingin kembali berada dalam
pasungan. dia meronta, arena pasungan tidak dapat lagi dipakainya. dia meraung
karena kemerdekaan tidak dirasakan memerdekakan dirinya. dia menangis karena
merasa mendapat hukuman berat, pasungannya dilepaskan.
suri, ingin kembali dipasung
karena sepanjang hidupnya, suri dibesarkan dalam pasungan. suri, suri mu. suri
kau, suri kalian.
kain putih itu digulungkan
kembali dan dimasukan ke dalam pakaiannya
ibu suri
kenapa suri dipasung? o, datuk
ketumanggungan
tokoh i (menurunkan kain
hitamnya, dan wajah putihnya menyeringai)
suri bukan lumpuh, tapi
dilumpuhkan. suri tak termakan ramuan, tapi tertelan keadaan. suri bukan
diguna-guna, tapi dijadikan tak berguna.
ibu suri
siapa memasung suri, datuk?
tokoh i
jangan tanyakan siapa karena akan
menyangkut nama. setiap tudingan tak tertanggungkan akibatnya.
ibu suri
o, datuk. katakana siapa memasung
suri!?
tokoh i (berputar beberapa
kali)
situasi.
ibu suri
situasi? o, bagaimana mungkin
menyalahkan keadaan?
tokoh i
ya, ya. menyalahkan keadaan sama
halnya mencari kucing hitam di tempat yang kelam. padahal kucing hitam itu
sendiri tak pernah mau di tempat gelap. he…he…he….
ibu suri
mengapa suri dikorbankan, datuk!?
tokoh i
jika suri dilumpuhkan, tentu kau
tahu bahaya suatu kelumpuhan. jika suri tak berguna lagi, tentu kau tahu apa
artinya manusia jadi sampah.
ibu suri
o, datuk ketumanggungan. kan jadi
sampahkah suri ku?
tokoh i
jika surimu jadi sampah,
kehidupan musnah. masa depan punah, hidup tak bergairah.
ibu suri
o, datuk ketumanggungan.
sembuhkan suri, carikan ramuan. berikan penangkal dan harapan.
tokoh i
setiap ramuan punya sajian,
setiap obat punya syarat. setiap usaha punya cara, sulit bagimu memenuhinya.
ibu suri
untuk keselamatan suri, semuanya akan
kujalankan.
tokoh i
mau bersumpah?
ibu suri
bersumpah, datuk?
tokoh i
bersumpahlah.
ibu suri
apa yang harus kusumpah?
tokoh i
apa yang kau anggap suci.
ibu suri
o, datuk. betapa sulitnya.
tokoh i berputar-putar lagi,
semakin lama semakin cepat. begitu juga pemain lain. mereka kemudian bergabung.
lalu, seorang memisahkan diri, kemudian mengelilingi ibu suri. yang lain
kembali kepada sesajiannya.
manda (menyanyi, tapi ada
entah berada di mana)
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum
salam.
tokoh ii
asslamualaikum (bersalaman
dibalik kain hitam dengan ibu suri)
ibu suri
wa’alaikum salam.
tokoh ii (menurunkan kain
hitam penutup tubuh. wajahnya yang separuh putih dan separuh hitam tampak
mengerikan sekali)
akulah datuk perpatih nan
sebatang, putra cati bilang pandai. seibu dengan datuk ketumanggungan di nagari
limo kaum. aku peletak dasar system adapt bodi caniago, duduk sama rendah,
berdiri sama tinggi. kemenakan merajakan mamak[1], mamak
merajakan penghulu, penghulu merajakan mufakat. kebenaran berdiri sendirinya.
tapi aku pun mati juga setelah dikalahkan saudaraku sendiri. berkubur di bawah
kayu meranti, beribu tahun yang lalu.
ibu suri
selamat datang, datuk perpatih
nan sebatang.
tokoh ii
o, kaukah perempuan yang
dipanggilkan ibu suri karena kegigihan mempertahankan suri?
ibu suri
benar datuk perpatih.
tokoh ii
dan kau ingin menanyakan penyakit
suri?
ibu suri
benar, datuk nan sebatang.
tokoh ii (menyanyi)
suri, surimu dipasung matanya.
memandang kebenaran, silau
pandangannya.
surimu, suri dipasung
telinganya
mendengar kejujuran, pecah
gendangnya
surimu, suri dipasung
hidungnya
mencium wewangian, bangkit
selesma
surimu, suri dipasung kulitnya
merasakan kehidupan, gatalnya
tiba.
surimu, suri.
ibu suri
apa nama penyakit suri, datuk
perpatih?
tokoh ii berputar_putar. begitu
pun pemain lain, para pemain mengelilingi sesajian,sedangkan tokoh ii
mengelilingi ibu suri. terdengar suara telapak kaki kuda berlari dan tokoh ii
berdiri di hadapan ibu suri.
manda (menyanyi, tapi
entah di mana)
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam,salam
malekum.
tokoh ii
assalamu’alaikum
ibu suri
wa’alaikum salam
tokoh ii (mengelurakan
gulungan kain putih dan mengembangkannya. kain putih itu telah digunting
seukuran tubuh manusia, tetapi penuh coretan. matanya dicoret. telinga, hidung
dan bagian kulit lainnya pun dicoret)
suri ingin terus dipasung, karena terbiasa menerima
bantuan. penyakit itu disebut dunia ketergantungan. suri ingin tentram dalam
pasungan karena terbiasa terkurung. dan, tidak mau tahu hal-hal lainnya.
penyakit itu disebut kalangan terbatas apatisme. dua penyakit saling bergantian
menyerang diri suri, walau dicarikan ramuan apa pun., suri tak mungkin
disembuhkan.
menyimpan kembali kain putih itu.
ibu suri
kenapa begitu, datuk perpatih?
tokoh ii
suri hidup dari pasungan kecil ke pasungan besar. semenjak
pasungan kecil sampai pasunan besar. suri tidak merasa lagi pasungan memasung
dirinya, memasung hidupnya.
ibu suri
o, datuk perpatih nan sbatang.
carikan obat untuk suri. carikan juga, carikan.
tokoh ii
kau benar-benar pencinta suri
(berputar beberapa kali, tiba-tiba berhenti di depan ibu suri) obatnya telah
kutemukan, tapi kau menderita karenanya.
ibu suri
demi suri, biarlah kumati. apa
obatnya datuk?
tokoh ii
rantau.
ibu suri
rantau? o, datuk perpatih.
tokoh ii berputar-putar mengelilingi ibu suri. begitu juga
pemain lainnya berputar mengelilingi sesajian.
ibu suri
suri harus merantau? meninggalkan negerinya sendiri.
meninggalkan aku sendiri. o, perpatih. laut sakit, rantau bertuah, jika pulang
suri ku musnah.
para pemain terus berputar-putar
seperti gasing dan tokoh ii bergabung dengan mereka. dari mulut mereka
terdengar suara telapak kuda berlari menjauh. manda memisahkan diri dari
kelompok itu dan berputar-putar mendekati ibu suri. para pemain terus berputar
dan kembali ke tempat sesajian.
manda meniup lampu minyak tanah yang menyala dan
menurunkan kain hitam penutup dirinya. kini manda telanjang dada, letih
seletih-letihnya. dia menguap beberapa kali. dilihatnya ibu suri menangis.
manda
kenapa kau menangis? apakah suri dapat disembuhkan? ramuan
apa yang harus diberikan?
ibu suri
obatnya terlalu sulit manda.
tokoh i
apa?
ibu suri
perpisahan! mengutuki semua yang suci! o, manda. haruskah
aku berpisah dari suri. perpisahan manda, berarti kehilangan. (lemah terkulai).
para pemain kembali mengelilingi ibu suri, manda bergabung
dengan mereka. dalam lingkaran pemain yang bergerak semakin ritmis itu,
terdengar suara ibu suri meratap. meratapi kepergian suri ke rantau. dalam
pantun yang didendangkan.
hilang sinyaru tampak pagai
hilang dilamun-lamun obak
hilanglah suri dalam badai
hilang di mata orang yang
banyak
para pemain dan manda yang bergerak
berirama mengikuti ratapan itu, kini duduk di sekeliling ibu suri. ibu suri
bangkit perlahan dan memandang ke kejauhan.
ibu suri
suri, kulepas kau pergi ke rantau bebas. suri tak lagi
membangkit batang terendam. di rantau suri bukan lagi mengumpul kekayaan. suri
tak hanya menuntut ilmu. rantau suri bukan lanjutan rantau kebiasaan.
para pemain (berdiri dan
kembali berputar mengelilingi ibu suri, mereka bergerak berirama sambil
bernyanyi)
maekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum
salam. malekum salam.
kemudian mereka kembali duduk
mengelilingi ibu suri
ibu suri (lebih beringas
dan bicara lebih keras)
suri, kurelakan kau pergi, ke rantau hitam impianku. di
rantau suri ku, kawinlah dengan apa dan siapa saja. selama adapt tetap membau
di kampungmu. di rantau suri ku berbuatlah apa dan kapan saja. selama agama
tetap membisu di suraumu.
di rantau suri ku, bicaralah apa
dan bagaimana saja. selama kata rancu tak bermakna di rongga mulut datuk-datuk
mu. di rantau suri ku tulis sejelas apa saja penjelasannya, selama nilai lama
dan norma baru tetap meracau dalam ngalau[2] mu.
di rantau suri ku, karang karangan apa saja sekarang.
selama aturan kota dan hokum rimba, tindih bertupang di tikar pandanmu
para pemain berdiri dan berputar-putar mengelilingi ibu
suri sambil menyeruakan suara telapak kaki kuda berlari. ibu suri hilang dalam
kehitaman kain para pemain yang mengembang di udara.
kemudian, para pemain kembali kepada sesajian mereka, ibu
suri lemah tak berdaya, tergeletak di lantai beberapa lama.
Bagian Kedua
manda, medium yang terkenal itu datang menyandang barang
bawaan berupa sebuah tongkat panjang, dan bungkusan kain hitam besar berisi
berbagai keperluan pengobatan. setelah barang-barangnya diletakkan, didekatinya
ibu suri yang masih tergeletak di lantai. segera diambilnya tujuh helai lidi
dan dupa. dibakarnya kemenyan. dia mengelilingi tubuh ibu suri dan
melecut-lecutkan lidi ke tubuh yang tak berdaya itu, sambil mengucapkan
kata-kata keramatnya.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam, salam malekum
salam malekum
manda berhenti berucap dan
berkeliling saat ibu suri mulai bergerak, bangkit dengan lemah dan
perlahan-lahan berdiri.
ibu suri
manda, tak kuingat lagi berapa lama suri di rantau. selain
saat kepergiannya, ada sesuatu yang asing terasa dalam diriku. mengigau. manda,
sakitkah suri hingga tidak ada surat sampai?. laratkah suri hingga tak ada
kiriman datang?. beratkah kerjanya hingga tak ada berita tiba?. manda, aku
ingin tahu suri ku. panggilkan lagi arwah nenek moyang. roh tokoh-tokohmu.
manda
ibu suri, bertanya pada roh para tokoh atau pun arwah
nenek moyang merupakan tipu muslihat setan memperdaya keimana. syirik hukumnya
bila dikerjakan. neraka jahanam ancamannya. begitu kata guru agamamu.
ibu suri
guru agamaku tak mampu
menerangkan di mana suri. penghulu adatku tak dapat menjelaskan kemana suri.
mesin hitungku tak kunjung mengurai. sansai[3] kah
suri?. manda, kemana lagi aku harus bertanya. berita koran tak lagi
menyakinkan. siaran televise sulit diyakini. iklan majalah susah dipercaya.
manda
bila kau lakukan juga, dosamu tak
akan dapat ampunan.
ibu suri
juga, aku merasa berdosa, jika suri tak kutahu di mana.
ayolah, manda. panggil roh dan arwah. kubayar ongkosnya berapa saja.
manda
jika suri tahu, sesalan akan
meniti sepanjang waktu.
ibu suri
manda diikuti roh para tokoh, manda ditemani arwah nenek
moyang. aku mengikuti manda. aku menemui manda. dan siapakah yang kurugikan, dan
apakah yang kukurangkan. tak seorang pun, tak satu pun, manda. jauh sebelum
waktu tradisi mengajar aku begitu.
manda
tidakkah kau takut melihat roh
dan arwah berwujud pada jasadku dengan beragam bentuk!?
ibu suri
yang kutakutkan, kehilangan suri. ke rantau suri pergi,
tak lagi rasanya kumiliki. ayolah manda, perantara dua dunia.
manda (senang karena
pujian ibu suri)
he…hehe…..he…. o, ibu suri.
(menoleh ke arah lain) perempuan bila ketagihan, apa saja akan dilakukannya. o,
perempuan. hehehe…..
manda membuka bungkusan dan
mengeluarkan sebuah rebana kecil, serta peralatan lainnya, seperti dupa, lilin
dan dinyalakan. pisau, jeruk dan berbagai macam lainnya. setelah itu, dia duduk
bersimpuh. digantinya baju dengan kain hitam lebar dan ditutupi dirinya dengan
kain itu. dipukulnya rebana lambat-lambat, makin lama makin berirama sambil
menyanyi.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam
malekum.
irama pukulan rebana manda diikuti pula oleh tepuk tangan
para tokoh, berpadu menjadi sebuah irama yang asing. manda melanjutkan membaca
mantra-mantranya.
manda
datanglah roh para tokoh,
berkunjunglah arwah nenek moyang. yang tidur sepanjang kubur, yang bermalam di
kegelapan.
para pemain
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam
malekum
manda
bersuaralah dengan suara kami. dengarlah dengan
pendengaran kami. lihatlah dengan penglihatan kami, berdirilah sekeliling kami.
para pemain (berdiri dan
berputar-putar dengan kain hitamnya ke tengah pentas sambil bernyanyi bersama)
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam
malekum
manda berdiri dan ikut berputar-putar sebagai titik puast
lingkaran. para pemain terus berputar-putar mengelilingi manda. para pemain
duduk dan seorang pemain tampil terus berputar di tengah lingkaran menggantikan
tempat manda. ibu suri dengan penuh nafsu dan harapan meneliti pemain yang
mengelilinginya. dia tidak merasa takut atau ngeri pada penjelmaan lagi karena
didesak oleh rasa ingin tahunya pada suri yang akan ditanyakannya sebentar
lagi.
ibu suri
arwah siapakah yang datang?
tokoh iii (pemain yang
tadi mengelilingi ibu suri berhenti berputar dan menurunkan kain hitamnya.
wajahnya sangat menakutkan)
aku adalah sutan, bukan setan. bangsawan dari rantau
kuantan. yang tewas dihanyutkan arus sungai inderagiri. karena lupa belajar
berenang. kini berkubur di sela-sela akar pohon sari manjari beratus tahun yang
silam.
ibu suri
selamat datang, sutan. aku ingin
menyilau suri yang sudah lama dirantau.
tokoh iii
oho, tentang suri mu ya. hehhh…hehhh… mestinya aku batuk
sedikit. tapi, belum. dengarkanlah hai perempuan. tentang suri mu. dia tak lagi
berdayung sepanjang inderagiri. tapi, kini berlayar ke laut lepas. meraung,
mengarung samudera. ditiup angina ke selatan. membayang selat, teluk dan
tanjung. layer perahunya menggelembung. gagah nian. tapi suri mu tergantung
pada angina.
ibu suri
yang mudah-mudah saja, sutan.
mudah-mudahan aku bias paham.
tokoh iii
o, yang jelas dan nampak di mata?
baiklah kalau itu yang kau minta.
tokoh iii kembali berputar dan menghilang dalam kehitaman
lingkaran para pemain. kemudian muncul sebuah orang-orangan sawah. kedua
tangannya diberi tali yang dapat ditarik ke kiri dan ke kanan selama dialog
berikut ini berlangsung.
tokoh iii
begitulah suri. dia tetap berdiri. tanpa daya. ditarik ke
kanan dan ke kiri. begitulah suri. dia tetap berdiri di tengah terik matahari.
di tengah panasnya bumi. suri. suri terpasung. suri terpasung.
ibu suri (berteriak)
suri. suri. kau dipasung lagi! o,
sampai ke rantau, pasungan mengikutimu.
orang-orangan sawah itu kemudian hilang dalam lingkaran
para pemain. lalu, muncul salah seorang pemain memerankan tokoh iv
berputar-putar pula dengan kain hitamnya. putaran itu diiringi tepuk tangan
yang berirama dari para pemain, sambil menyanyikan mantra.
malekum
malekum malekum salam
lam malekum
salam. salam malekum.
ibu suri
roh siapakah yang datang?
tokoh iv (berhenti
berputar dan menurunkan kain hitamnya. wajahnya mengerikan)
aku adalah raja kaciak. di rantau
pesisir. tapi, mati juga diracun selir.
ibu suri
kuburanmu?
tokoh iv
di gunung padang barangkali. tapi
mungkin juga di inderapura
ibu suri
bagaimana tentang suri ku?
tokoh iv
o, suri. ya…ya… suri mu karena segan bergalah, hingga
hanyut di rantau. baginya kini bintang tak lagi penentu arah. angina dan arus
laut tak lagi mengalirkan pikirannya. pulau-pulau tak lagi memberi isyarat
mengisyarati perbuatannya.
ibu suri
yang jelas! kata-kata bersayap
suka terbang ke dalam penegrtianku. jelaskan saja! jelaskan!
tokoh iv
o zaman, o perempuan. jika tak jelas lagi apa yang
kukatakan, tentu semakin tak jelas apa yang kau pikirkan. tapi baiklah. kau
ingin yang jelas bukan?
memeragakan buah semangka yang
telah dihias bunga-bunga
inilah suri. kepala suri. suri
kepalan. suri terpasung. pikirannya dipasung. terpasung pikirannya.
ibu suri (histeris)
pasung, pasung. pasung, pisang,
pesong. pasung. pusing, papupapua. terus pasung, terus. terus, terus pusing.
pusing. o….
buah semangka menghilang dalam kehitaman lingkaran pemain
bersama tokoh iv. tokoh yang tampil berikutnya berdiri dan berputar-putar di
tengah lingkaran. para pemain bertepuk tangan sambil menyanyi mengucapkan
mantra.
malekum
maleku malekum salam
lam malekum
salam. salam malekum
ibu suri (mengejar tokoh
yang akan tampil itu)
bagaimana suri ku?
tokoh yang akan tampil itu menghilang dalam lingkaran dan
digantikan oleh orang-orangan sawah yang lain, lebih lengkap. kepala
orang-orang itu dari kelapa bolong, diberi baret dan kacamata hitam. berkaos
oblong dengan tulisan di dada. aku cinta suri. dan celana jins dan sepatu karet
anak-anak muda.
orang-orangan itu digerak-gerakan sebagaimana gerakan
tarian, berjingkrak-jingkark dan diiringi pulaoleh nyanyian para pemain dengan irama
yang sesuai untuk itu. namun, ucapan mereka tetap saja seperti ucapan membaca
mantra.
malekum
maleku malekum salam
lam malekum
salam. salam malekum
suara (menggema keras
sekali, mengejutkan ibu suri)
inilah suri, suri mu. suri. suri mu kini begini. ibu-ibu
memasungnya. kota, kita dan kata memasungnya. suri terpasung ibu kota. suri mu
kini begini, suri mu tak lagi mau bicara. suri mu tak lagi merasa apa-apa. suri
mu adalah orang-orang saja.
ibu suri (marah sekali
karena orang-orangan itu semakin berjingkrak-jingkrak diiringi nyanyian para
pemain)
suri. kau bukan anak bincacak[4], anak bincacau[5]. bukan
anak singiang-ngiang rimba. suri. tak pasungan akan memasung engkau.
ibu suri mengejar orang-orangan itu ke dalam lingkaran
para pemain. orang-orangan itu menghilang. para pemain berdiri dan ibu suri pun
menghilang dalam lingkaran. para pemain mengelilingi ibu suri sambil
berputar-putar dan kain-kain hitam mereka mengembang di udara. mereka terus
menyanyi mengucapkan mantra. ibu suri berteriak, para pemain terkejut dan
berhenti berputar. kemudian, mereka duduk dalam lingkaran
ibu suri
suri, jika kau terpasung juga.
terpasunglah di kampong kita. daripada hatimu dipasung, mulutmu terpasung. di
rantau rantau ketakberdayaan mu.
suri, jika kau mau menuntut ilmu juga, tuntutlah ilmu di
surau kita. daripada berhitung tanpa batas angka. belajar agama tanpa
mengamalkannya, mengaji tanpa bahan uji di rantau-rantau keyakinanmu.
suri, jika ingin kekayaan juga,
semaikan bibit di tanah pusakan. daripada berladang di punggung kawan. bertanam
tebu di bibir, sambil menggantang asap. dirantau-rantau kelicikan mu.
para pemain berdiri lagi dan kembali berkeliling
mengelilingi ibu suri. mereka bertepuk tangan berirama, sambil mengucapkan
mantra. kemudian, ibu suri berteriak lagi dan para pemain duduk kembali dalam
lingkarannya.
ibu suri
suri. jika rindu kampong mu tiba,
jangan pulang ke kampong asal yang kini asal jadi kampong. dimamah lurah
dirancah punah.
jangan lewat di depan surau buluh yang kini ditukar,
ditakar, ditikar-tikar. dituduh jadi rumah perusuh dan pesuruh.
suri. jika rindu kampong tak
tertanggungkan, tangguhkan dulu pulang. jangan singgah di lepau kopi. taman
perawan yang kini rawan dendang berdendang dalam dandang, di balik bilik
berdinding. jangan duduk di palanta. bualan dunia berbingkai bangkai. memancung
pancang tukang pancing.
jangan berdiri di galanggang,
tempat segala aduan dan peraduan. segala lomba kini diagak agihkan. pemenang
keluar sebelum bertanding. janagn bilai tanggai balai adapt. yang kini jadi
tempat bertukar baju. jangan bersimpuh di langkan rumah gadang. kembang dipatah
kumbang diinjak kambing.
bunga tanjung berganti bunga
utang, tumpuk-bertumpuk tampak di puncak merapi, singgalang dan kerinci.
suri. tangguhkan pulang.
tangguhkan kenangan.
para pemain berdiri dan berputar-putar mengelilingi ibu
suri. ibu suri lemah tak berdaya, hilang dalam kehitaman kain hitam. para
pemain yang mengembang di udara, kemudian para pemain embali lagi pada
sesajian. manda pun mengemasi barang-barangnya.
manda
ibu suri, sudahkan kau tahu
tempat di mana suri mu berada?
ibu suri
semuanya meragukan manda.
manda
apa lagi yang mungkin kau
percayai.
ibu suri
bahwa, suri ku tetap ada.
manda
di mana?
ibu suri
di rantau
manda
di rantau maua?
ibu suri
itu pun meragukanku.
manda
barangkali suri mu tak pernah ada
(pergi)
ibu suri
manda. jangan kau sangsikan suri
ku. suri ku ada dimana-mana.
mengejar manda keluar
Bagian Ketiga
ibu suri tidak puas atas
keterangan roh dan arwah tentang suri. apalagi manda sendiri menyangsikan
adanya suri. ibu suri harus bertindak dan memastikan suri hingga dapat
meyakinkan dirinya.
bungkusan-bungkusan barang bawaan
manda dirampasnya. manda tidak dapat berbuat apa-apa, selain berusaha membujuk
agar barang-barangnya diserahkan. tapi ibu suri tetap pada pendiriannya. dengan
penuh keyakinan dan suara lantang, manda disuruhnya pergi.
ibu suri
ternyata roh yang manda undang
bukan roh para tokoh atau arwah nenek moyang! tapi roh para bandit dan penipu.
suri dikaburkannya, suri disangsikannya. aku harus mertas jalan pintas untuk
melakukan terobosan.
aku akan bicara langsung tanpa
perantara dusta atau medium mesum! pergi kau. pergi! aku akan memanggil arwah
yang jujur dan arwah nenek moyang yang budiman.
manda
ibu suri termasuk orang beriman,
jangan berteman dengan setan. syirik hukumnya., syirik.
ibu suri
syirik atau syarak. dosa atau
dasi, desa atau dasa, manda peduli apa!? suri pasti ada. suri tidak boleh
disangsikan! ayo manda, pergi! aku akan meletakkan sesajian. bagi roh dan arwah
yang akan diundang.
ibu suri membuka bungkusan manda
yang tadi dirampasnya. piring-piring dan bunga-bunga dijejerkan di lantai.
manda
berkali-kali kukatakan. bila kau
berteman dengan setan, neraka jahanam ancamannya. hentikanlah. biarkan aku
sendiri saja yang terlanjur. karena tidak mampu menolak tradisi.
ibu suri (mangacuhkan
manda dan terus menyusun sesaji)
manda tidak akan berhasil
menakut-nakutiku dengan setan atau saten atau sutan sekalipun! suri ku tetap
ada! merantau pipit atau merantau cina. suri ku adalah suri. pergilah manda,
pergi.
manda
ibu suri, mereka tidak akan
datang, percayalah. setiap panggilan punya aturan.
ibu suri
semua kuundang dan ahrus datang!
aku akan membuat perhitungan! sekarang bukan urusan perantara lagi, bukan
urusan medium seperti manda. tapi, urusanku dengan suri ku. pergi kataku! atau,
piring-piring ini akan mengusirmu!
manda (sambil keluar)
perempuan ini benar-benar keras
kepala.
ibu suri (setelah sesajian
selsai disusunnya, dia segera duduk di tengah-tengah. lilin dinyalakan, lalu
dia membaca mantra)
malekum
malekum malekum salam
malekum salam. salam malekum
hai! roh dan arwah! penghuni
kehidupan yang tak tampak, kau tampak aku tak tampak. aku mewakili yang tampak.
wujudkan dirimu, wujudkan!
menunggu beberapa saat, tapi
roh-roh tidak kunjung datang. dia marah besar
ah, benar-benar mereka melakukan
persekongkolan dengan manda!
manda (datang)
persyaratannya ibu suri.
persayaratannya roh laki-laki tidak mau masuk ke dalam diri perempuan.
terkcuali, bila mereka masih hidup dan bujangan.
ibu suri
bohong! roh tidak punya nafsu,
apalagi jenis kelamin. pergilah manda. segala kekuatanku akan kukerahkan,
mendatangkan segala roh.
manda
jangan-jangan yang datang roh
sembarangan.
ibu suri
aku tak peduli. kuusir roh-roh
bila berani mengatakan suri ku tidak ada.
manda
nanti kau menyesal.
ibu suri
pergilah kataku. pergi. aku ingin
tahu suri. yang lain aku tak peduli.
manda
baik. baik. (keluar)
ibu suri (membaca mantra)
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. salam malekum
mendaratlah roh sejagat.
merapatlah arwah nenek moyang yang terkatung di kapal-kapal. bangun. bangunlah
dari kuburmu!
bicaralah tanpa perantara,
bersuaralah tanpa antara. kebebasan roh dan arwah diberikan malam ini juga
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
roh dan arwah yang terdiri dari
para pemain itu bersama manda datang berputar-putar. kain-kain hitam mereka
mengembang di udara. mereka kemudian duduk menghadap piring-piring yang
disediakan baginya. piring-piring itu mereka ambil. sambil duduk piring itu
mereka bawa menari. menjadilah sebuah tarian entah apa. mereka menari piring
sambil duduk dan sama-sama bernyanyi dengan mantra-mantranya
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
setelah mereka bernyanyi dan menari demikian, para roh
menurunkan kain-kain hitam dari tubuh mereka. sekarang tampak kepala-kepala roh
terbungkus kain putih seakan-akan mayat-mayat yang sudah dikafani dan
diselimuti kain hitam duduk berjejer di kiri kana ibu suri.
ibu suri terkejut melihat mereka.
dia agak merasa takut. tapi ketakutan itu ditahannya sekuat tenaga karena dia
benar-benar ingin menanyakan suri.
ibu suri
selamat datang para roh dan
arwah-arwah nenek moyang. suri ku kini sedang terancam. suri ada, dikatakan
tidak ada. suri hidup, dikatakan telah mati. suri bergerak dikatakan diam.
bicaralah para undangan malam ini
malam kebebasan bagi roh dan arwah nenek moyang untuk bicara langsung dan
blak-blakan! namun begitu, bicaralah sebatas suri. soal suri itu apa, suri itu
siapa, tak perlu lagi diperdebatkan! yang penting adalah suri. dimana suri
kini. jika merantau, bagaimana suri di rantau.
malekum malekum malekum salam
lam malekum. malekum salam
nyanyi dan tari para roh yang
duduk dengan piring-piringnya itu menjelmakan munculnya tokoh atau arwah ke
tengah pentas. ternyata yang menjelma itu adalah tokoh v. dia berdiri dan
menari mengikuti irama sampai berada di tengah pentas.
tokoh v
jika ada yang mencari suri,
akulah suri. suri namaku.
ibu suri
kau suri? bagaimana mungkin!?
lanjutkan! perjelas identitas!
tokoh v
namaku suri. umur dua puluh
sembilan tahun. belum kawin. kuburan baru saja digusur. penetapan berikutnya
ditentukan surat keputusan.
ibu suri
sebab kematian?
tokoh v
keracunan makanan.
ibu suri (bingung karena
jawaban roh tidak sebagaimana yang selama ini dikenalnya)
wah, bagaimana ini? baiklah.
riwayat hidup?
tokoh v
tak punya, selain riwayat
kematian
ibu suri
oh, oh. roh apa ini? barangkali
roh gelandangan. sudah! sudah!
para pemain (menyanyi dan
menari)
malekum malekum malekum salam
lam malekum. malekum salam
- nyanyian dan tarian seperti ini
dinyanyikan dan ditarikan dengan berbagai irama dan variasi. selama nyanyian
berlangsung, pemain yang selesai berperan sebagai tokoh digantikan oleh pemain
lain untuk menjadi tokoh berikutnya. hal seperti itu terjadi pada setiap
pergantian peran. bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk pertunjukan rakyat
minangkabau; indang -
tokoh vi (berjalan
menyamping dan langkah-langkahnya beriraman sampai ke tengah pentas)
ibu suri
ondeh mak! roh apa yang jalan
begini? roh wayang ya!
tokoh vi (mengangguk)
ibu suri
pasti bukan suri!
tokoh vi
aku bukan suri, tapi tahu tentang
suri. suri bernasib baik, semua orang mengikutinya, karena dijadikan panutan,
setiap saat suri diingat, setiap waktu suri disebut, setiap orang menyembah
suri
ibu suri
baik. baik. e…. roh wayang. kalau
kau tahu suri, kenapa suri tidak pulang?
tokoh vi
suri tidak akan pulang sebelum
ada panggilang
ibu suri
apakah suri telah kawin?
tokoh vi
perkawinan bukan untuk pemuas
nafsu. karena itu tidak perlu terburu-buru. begitu suri ditulis di buku-buku.
ibu suri
jika suri ditulis di buku, kenapa
suri tidak berkirim surat padaku?
tokoh vi
surat dan buku jauh berbeda. buku
meninggalkan pesan. surat pembawa pesan.
ibu suri
tidakkah suri ingat padaku?
tokoh vi
ha! aku pun lupa apakah suri
punya ingatan atau tidak.
ibu suri
mestinya kau tanyakan! malu
bertanya, sesat di jalan, tahu!
tokoh vi
baik, baik. kutanyakan sekarang.
mengeluarkan sebuah cermin dan
bercermin. kemudian, dia bertanya pada cermin dan jawaban cermin pun terdengar
pula. persis sebagaimana seorang dalang memainkan cerita wayang
para pemain
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
tokoh vi (berbicara dengan
cerminnya)
+ suri, suri. suri.
-
ya
+ ada sesuatu yang harus
dipertanyakan, bolehkan?
-
boleh
+ dengan apa suri berjalan?
-
dengan kekuatan
+ dengan apa suri melihat?
- dengan pikiran
+o, begitu. lalu, siapakah kau,
suri?
- haa?
+apa? bukan roh? bukan arwah?
kalau begitu, kamu apa?
ibu suri (merampas cermin)
kau gila! ini bukan suri, tapi
cermin. jangan main-main!
tokoh vi
tapi suri ada di dalamnya.
ibu suri
sudah. duduk!
melihat ke cermin dan bercermin.
dia tersenyum memandang cermin.
suri, suri. kau tersenyum
menangis dan membuang cermin itu
kau tersenyum. oh… oh…..
para pemain (bernyanyi dan
menari – pergantian tokoh)
tokoh vii
jika suri ada di sini, maka suri
adalah aku sendiri. ini aku, suri. menduda menjelang tua, berdagang di
surabaya. meninggal karena tusukan kawan di belakang.
ibu suri
negeri asal?
tokoh vii
sumenep, madura.
ibu suri
eyayaya! salah undang! roh
penjual sate madura rupanya! sudah, cukup!
para pemain (menyanyi dan
menari, pergantian tokoh)
tokoh viii dan ix berjalan
bersisian
ibu suri
oalaaah… roh kembar. duduk! suri
ku satu! bukan dua!
tokoh ix
suri memang satu, tapi bukan
satu-satunya. suri telah jadi sederhana, disederhanakan pendangannya,
pikirannya, langkah, lenggang dan gerak-geriknya.
tokoh viii
kalau begitu ada unsure
kesengajaan
tokoh ix
tapi, yang jelas kini, suri tetap
dilestarikan. panas tubuhnya ditetapkan, ruang geraknya diprogramkan. detak
jantungnya dan lama hidupnya dijadwalkan.
ibu suri
siapa yang menentukan? keadaaan?
situasi? ayo, bicara. kebetulan kalian sudah jadi roh, boleh bicara dengan
bebas.
tokoh viii
oho! kebebasan bicara? karenanya
aku dihukum seumur hidup
tokoh ix
sebenarnya suri hadir, tapi tidak
dihadirkan.
tokoh viii
tidak, bung! suri tidak pernah
ada. tapi, diada-adakan. mengada-ada namanya.
tokoh ix
jadi, jelas sekarang. sejak kau
masih hidup selalu meniadakan suri. sampai jadi roh pun, kau tidak mengakui
adanya suri. apakah aku harus berkelahi lagi denganmu!?
tokoh viii
ayolah! aku tidak perlukan suri.
dendam padamu akan tetap ada, walau sampai jadi roh sekali pun.
tokoh ix
kedua kalinya kau mati, ayo!
tokoh viii dan ix berkelahi
ibu suri
sudah! sudah! tidak tahu diri.
mana ada roh yang suka naik darah.
para pemain (menyanyi dan
menari -pergantian pemain)
tokoh x (datang,
mencium-cium ke sana kemari sambil melolong dan menyalak)
ibu suri
ayo bicara!jangan hanya
menyalak-nyalak saja!
tokoh x masih terus
menyalak-nyalak dan mencium udara ke sana ke mari.
ibu suri
wah, wah…. roh apa yang
nyelonong!
para pemain
roh anjing
ibu suri
roh anjing? anjing! gila! pasti
anjing kumbang. hussy! pergi.
para pemain (menari dan
menyanyi – pergantian pemain)
tokoh xi (berdendang
sebagaimana tukang dendang minang)
o, risolai, takalo maso daulu
samaso alun barabalun. langit basentak
naiak
bumi basentak turun, ada saikue
lauak gadang
karambia tumbuah di matonya
ibu suri
sudah, sudah! ini roh tukang
dandang dan datukdatuk, minang?
tokoh xi
madam. aku mati karena berusaha
memahami pantung, petatah dan atau datuk-datuk
ibu suri
negeri asal?
tokoh xi
ibuku kampuchea, ayahku australia
ibu suri
tokoh xi
sebentar. jika madam kehilangan
suri. aku dapat memberikan informasi.
ibu suri
o, sorry! sori atau suri?
tokoh xi
sebenarnya suri pendaki gunung.
terakhir kutemui di kathmandu. perkenalanku di tangkuban perahu, dia punya
humor-humor pegunungan. dengar, kau tahu john, katanya. kenapa orang minang
lebih suka berladang di punggung kawan dan bertanam tebu di bibir? karena semua
tanah dan lading mereka sudah dijadikan daerah transmigrasi.
aku tidak merasakannya sebagai
humor. aku tidak tertawa. tapi, dia merasa lucu dan tertawa sendiri.
kesimpulanku adalah suri suka menertawakan diri sendiri.
pemain i (datang tergesa)
bohong! suri bukan pendaki
gunung! roh asing selalu memberikan keterangan yang merendahkan derajat suri.
hei bung! kalau melihat persoalan jangan hanya dari puncak gunung. ayo, kembali
ke australia!
tokoh xi
kalau tidak percaya, lihat potret
ini. (mengeluarkan sebuah potret) potret suri tertawa sendiri di puncak gunung.
itu tandanya dia suka menghibur diri sendiri, bukan?
pemain ii (datang dan
mengambil potret itu)
coba lihat. potret apa ini?
lensanya tidak focus.
tokoh ix
aku memotret pakai lensa mata
ikan
pemain iii (datang dan
mengambil potret itu)
potret ini bukan diambil dengan
lensa mata ikan.
tokoh xi
ah, lalu?
pemain iii
dengan mata sapi.
pemain i
mata-mata, itu baru betul
ibu suri
cukup! cukup! suri ku jangan
dijadikan dagelan!
para pemain kembali ke tempatnya
masing-masing, manda segera mengambil tempat ke tengah pentas. duduk dengan
sikapnya sebagaimana biasanya, dia memanggil roh. tapi karena kepalanya juga
terbungkus kain putih, tak seorang pun tahu kalau itu adalah manda
manda (menyanyi)
malekum
malekum malekum salam
lam
malekum. malekum salam
akulah suri. tidak anak bincacak.
tidak anak bincacau. bukan singiangngiang rimba.
ibu suri
suri? suri?
manda
akulah suri. disusukan di rumah
gadang. dibuai dalam kain cindai[8]. mengaji
di surau buluh, bersilat diajar mamak. aku suri mu
ibu suri (bangkit dan
merangkul manda dengan haru)
suri, suri. oh, suri. benar-benar
kau telah jadi roh. o, suri. kau hanya roh. hanya roh.
menangis dan membuka bungkus
kepala manda. tiba_tiba terpekik
aiii… yaiii…iyaiii…! manda
rupanya! pendusta! kau samarkan dirimu jadi roh! untuk memata-mataiku mencari
suri.
manda
katanya mencari suri, nyatanya
menemukan aku. padahal aku sudah jadi roh. perempuan seperti ini yang selalu
inginkan aku terus jadi perantara. tapi, dia tak mau berterus terang.
para pemain bangkit dan kembali
berputar-putar. terdengar suara mereka seperti telapak kaki kuda berlari.
mereka mengelilingi ibu suri. hilang dalam kehitaman kain hitam pada pemain.
tiba-tiba, ibu suri berteriak.
pada pemain yang mengelilingi mundur dan kembali pada posisi semual.
ibu suri
suri, suri. kalau merantau
pantangkan pulang. tapi, kirimi aku buku setebal kubu yang huruf besarnya
peragu guru. huruf miringnya penyesat adapt, huruf kecilnya perancu waktu,
huruf tebalnya pengganda makna!
suri, kalau merantau pantangkan
pulang, tapi kirimi aku pena tak tentu tinta. penanda-nanda tangan,
penanda-nanda dunia. penunda-nunda kenangan. kalau merantau pantangkan pulang,
tapi belikan aku pensil yang dirancang seruncing tanduk. pembelah buluh jadi
bilah, pelambung lembing jadi lambing. di bawah lambung, dibawah lumbung!
suri. kalau merantau pantangkan
pulang. tapi carikan aku rantai rentangan rantang, penjunjung jenjang pemugar
pagar, pengikat anjing di bawah anjung. penarik gunjing di ujung gonjong!
suri, tanggamu tinggi, beranak
pinak anaknya. kakiku kaku, kan jatuh ditimpanya.
para pemain kembali mengelilingi
ibu suri. mereka berputar-putar dan kain-kain hitam mereka mengembang di udara.
lalu, mereka kembali ke tempat semula.
Adegan Ke Empat
yang tidak tertolong dari
perkembangan diri ibu suri terhadap keinginannya untuk mengetahui suri adalah: dia menganggap seorang pemain
yang kini terbujur diselimuti kain hitam di tengah pentas adalah sebuah
kuburan. dan, kuburan itu menurut pandangannya adalah kuburan suri.
begitulah, sampai malam ini ibu
suri duduk bersimpuh menghadap kuburan. ditaburkannya kembang dan dia pun
meratapi suri.
ibu suri
suri, o suri. jika kau berkubur
di sini, kenapa kau tak terberita di surat kabar, surat yang kabur kabar. tak
berkibar karena takut dikubur. yang tersirat semakin surut. atau melalui radio,
yang bergelombang dan bergelembung. atau melalui majalah. majalah, antara iklan
bolong tak berbilang. atau melalui televise yang terbatas saluran antara gambar
dan gembar gembor, suri.
ibu suri melepaskan segala
kesedihannya dengan dendang lagu tradisinya:
simantuang di parik putuih
jarajak di tanah taban
ka mano punai ka inggok lai
tampek bagantuang nan lah putuih
tampek bapijak nan lah taban
ka mano denai manggapai lai
tapi sementara ibu suri
berdendang sedih, manda beserta pemain yang menutup diri mereka dengan kain
hitam masuk mengelilingi ‘pekuburan’ itu dengan membawa sesajian. mereka duduk
menghadap kuburan itu, besebrangan dengan tempat ibu suri meratap. ibu suri
tidak sempat memerhatikan kedatangan mereka karena asyik dengan kesedihannya.
dan, manda beserta pemain melakukan ‘sembahan’ kubur dengan mengucapkan:
“hu,
tangku!”
“hu,
tanmu!”
terus menerus sambil tubuh mereka
bergerak ke kiri dan ke kanan. hal ini mengingatkan kita pada dzikir yang
dilakukan di surau-surau atau yang sering dilakukan orang-orang tradisi
sekeliling kuburan. ibu suri akhirnya tahu bahwa manda kini sedang melakukan
kegiatan minta berkah di kuburan itu. ibu suri marah sekali.
ibu suri
manda! belum juga kau puas jadi
perantara. apa perlunya kau ikuti aku ke sini!
manda
tempat seperti ini terlalu suci
untuk ditangisi, ibu suri.
ibu suri
salahkah aku menangisi kematian
suri? dan, melepaskan kesedihan itu di atas kuburnya?
manda
o, kau telah keliru lagi. tempat
ini bukan kuburan, ibu suri.
ibu suri
bukankah manda ziarah ke sini
untuk mendapatkan berkah dari suri?
manda
aku selalu ziarah ke buruan
keramat setiap malam jumat. sejak dulu telah kulakukan.
ibu suri
ini bukan kuburan keramat, tapi
kuburan suri, suri ku.
manda
jika suri berkubur di sini,
siapakah yang menguburkannya. jika suri telah mati, bilakah dia meninggal. jika
tempat ini kuburan suri, tanda apa yang dapat dijadikan bukti?
ibu suri
aku juga menyesalkan hal itu,
manda. suri memang tidak pernah memberi tahu.
manda (tertawa mengejek)
ibu suri. karena suri tak pernah
memberi tahu, aku pun tetap ragu padamu. pada suri mu.
ibu suri
manda! kau bicara apa! aku yakin
suri ku ada. ii sudah lebih dari segalanya!
manda
jika suri anakmu, siapakah
ayahnya, bila dia dilahirkan, kapan turun mandinya di rumah gadang yang mana?
ibu suri (menangis)
manda. jangan tanyakan padaku.
jangan, manda. dengan ibu, kita bias berseteru. dengan suami, kita bias
bercerai. dengan anak, kita bias bersibak. tapi dengan suri, o manda. jika aku
burung, suri sayapku yang akan menerbangkan aku sampai ke langit ketujuh!
di pintu langit aku akan
berteriak: hei, para penghuni langit! turunlah ke bumi! saksikan! suri
disangsikan!
manda
tentang surimu, bukankah hanya
mimpi seorang perempuan yang kini gelisah di umur senja. perempuan yang tak
percaya lagi pada laki-laki, pada manusia. perempuan yang menginginkan anak,
tapi takut melahirkan, karena dianggap mengurangi kecantikan. perempuan yang
cemas putus turunan tak rela waris diterima orang lain.
ibu suri (meledak
amarahnya)
diam! diam! kau penipu, perantara
dusta! jangan goda lagi aku! takkan goyah keyakinanku! suri ku memang berkubur
di sini!
manda
keyakinanmu keliru, ibu suri.
ibu suri
tapi, kau pun tidak dapat
membuktikan tempat ini bukan kuburan suri. kau pun tidak dapat memberi
kesaksian, bahwa tempat ini keramat dan suci.
manda
ibu suri. keinginanmu begitu
kuatnya hingga menjelmakan sebuah impian. tapi, tidak mampu mengatasinya.
ibu suri
kalau manda tidak percaya, roh
dan arwah kembali kuundang. tidak ada jalan lain saat ini, sementara kita
berdua memerlukan bukti. kita memerlukan saksi, keterangan dan penjelasan.
manda
roh siapapun tidak akan tahu
tempat ini kuburan suri mu. percayalah. mereka tidak akan datang, siapa pun
yang akan mengundang.
ibu suri
aku pernah mengundang mereka.
semua patuh dan semua datang.
manda
jangan lakukan, nanti kecewa.
ibu suri
ya, ya. kau cegah aku membuktikan
kubur suri ku. karena kau ragu kubur ini kubur keramat mu. kau ragu pada
keyakinanmu, lalu ragukan keyakinanku. ini tidak sehat, manda. kupanggil
mereka, sekarang juga!
manda
kau memang keras kepala.
ibu suri (memanggil roh
sebagaimana yang pernah dilakukannya )
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
mendaratlah roh-roh sejagat,
merapatlah arwah dari kaki langit, yang terkatung-katung di kapal tanpa juru
mudi dan juru batu.
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
bangunlah dari kubur, heir oh
sekalian roh, hei arwah sekalian arwah. bangunlah, kini kubangunkan semua kalia
kuundang, semua harus datang memberikan partisipasi!
menunggu beberapa saat, tapi
tidak terjadi apa-apa
manda
tadi sudah kukatakan mereka tidak
akan datang, ibu suri. mantramu sudah rancu makna. kau sisipkan kata
partisipasi. partisipasi? gotong royong maksudmu? wajib? sukarela? paksaan? ibu
suri. kuingatkan padamu, dalam mantra kata tak bermakna ganda, karenanya mantra
jauh berbeda daris astra. perbedaannya begitu tajam dengan sebuah pembicaraaan.
ibu suri
biar pun mereka tidak mengerti
dengan apa yang kukatakan. mereka akan kuseret ke sini dengan segala kekuatan.
manda
ingat lagi, ibu suri. kuburan ini
keramat dan suci. makam seorang malin yang termashyur, malin dari sekalian
malin. seorang guru agama yang besar, punya kitab kuning dan merah. seorang
yang fanatic, taat, terkadang ekstrem.
aku memang lupa namanya dan lupa
waktu meninggalnya. tapi, setiap jum’at dia terbang ke mekah, pulang membawa
anggur dan korma. air pembasuh telapak kakinya, obat manjur encok dan patah
tulang. air ludahnya ditampung dan diperebutkan. bila dibarutkan ke kepala,
otak jadi cerdas berdebat dan bias tangkas.
ibu suri. ziarah ke makam ini
tujuh kali, sama nilainya dengan menunaikan haji satu tahun.
ibu suri
aku tak peduli!
membaca mantra lagi
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
hai roh, hai arwah; hai kubur,
hai, hai bangunlah dari tidur. tembus segala timbunan, terobos segala tanah.
bangun. bangun.
dan memang, para roh bangkit dan
berputar-putar dengan kain hitamnya. mengelilingi kuburan itu. kemudian, mereka
duduk mengelilingi kuburan asmbil berucap:
“hu!
tanku!”
“hu!
tangmu!”
ibu suri
malekum malekum malekum salam
lam malekum. malekum salam
para orh itu bergerak lagi.
mereka berjalan melingkari kuburan dengan gerakan-gerakan ritmis, sambil
menyanyi membaca mantra:
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam
- lingkaran, gerakan dan irama
nyanyian mereka mengingatkan kita pada kesenia tradisi rakyat minangkabau;
randai -
setelah itu mereka duduk dan
seorang pemain berdiri di tengah lingkaran. pemain itu marah sekali
tokoh xii
sudahlah! sudah! jangan aku
diadili lagi, aku sudah jadi batu, cukuplah itu. terlalu berat anak durhaka
dituduhkan kepadaku. (menangis) aku sudah mati, tapi masih terus diadili.
kesalahanku terlalu dicari-cari. mestinya aku harus membela diri. tapi ya,
bagaimana lagi.
ibu suri
e, roh! tunggu! jangan menangis
dulu! jawab pertanyaanku, bukankah suri yang berkubur di sini!?
tokoh xii
suri? suriname maksudmu? di situ
memang aku pernah singgah membeli pakaian untuk kubwa pulang jadi hadiah bagi
ibuku. aku memang pernah berlayar ke sana.
ibu suri
jadi kau siapa?
tokoh xii
aku malin
manda
malin? ha, benar kan? kau malin
kan dari sekalian malin.
ibu suri (marah sekali)
malin atau maling! siapa kau!
tokoh xii
malin kundang
ibu suri
o, bagaimana ini!?
manda
tadi sudah kubilang, tempat ini
kuburan seorang malin.
ibu suri
ya, tapi bukan malin keramatmu!
malin kundang! ini pasti salah undang lagi. roh petualang rupanya yang datang.
membaca mantra lagi
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
para roh itu berdiri dan
menari-nari mengelilingi kuburan sambil menyanyi dan membaca mantra:
malekum malekum malekum salam
lam malekum salam. malekum salam.
kemudian salah seorang berdiri
tokoh xiii
kudengar seorang perempuan, dapat
kupastikan itu pastilah suara puti bungsu. ya, kan?
ibu suri (geleng-geleng
kepala)
siapa namamu? suri bukan?
tokoh xiii
istriku namanya puti bungsu, juga
selalu mendesakku kalau menginginkan sesuatu. kuingat lagi bagaimana dia
meminta kembali kain songsong barat, kain yang kucuri sewaktu dia mandi.
ya, ya…. waktu itu aku menyamar
jadi tukang pancing. ah, puti bungsu. aku cinta padamu. dimanakah anak kita
malin duano?
ibu suri
tobat, tobat. roh malin deman!
manda
malin kan, malin!
tokoh xiii
nah, betul. malin deman.
kalau orang terkenal seperti aku
memang begitu. rohnya pun masih bias dikenal. kelebihan orang terkenal
begitulah, yak an? o, siapa namamu? nona atau nyonya? ibu suri? ya…ya…. ibu
suri.
anakmu tentu seorang raja. cantik
juga kau malam-malam begini. dah sayang!
menghilang dalam lingkaran para
roh
ibu suri
sial! sudah jadi roh, masih juga
mengganggu perempuan!
manda
ibu suri, berkali-kali kukatakan.
suri tak akan pernah kau temukan. suri mu hanya impian.
ibu suri
bukan! keyakinan! pasti suri
bekubur di sini. kuburan ini mesti digali.
manda
ha? digali? jika kubur keramat
ini digali, berarti kau menghacurkan apa yang kuyakini.
ibu suri
kita sama-sama memerlukan bukti.
manda
jjangan hancurkan yang telah ada
bagi suri mu yang belum tentu ada.
ibu suri
hei roh, hei arwah! ke sini!
mendekatlah! waktu kita tinggal sedikit lagi. gali kubur ini!
manda
ibu suri. kau sudah gila.
bagaimana mugkin roh-roh itu bekerja. mereka roh, bukan buruh. mereka angina,
ibu suri. menggali sebuah kuburan berat hukumannya bagi yang beriman. aku sudah
banyak berdosa dan takkan menambahkannya lagi.
ibu suri
pergilah manda. sebentar lagi
akan terbukti. tempat ini bukan kubur keramat, tapi pasti kuburan suri.
manda
memang sulit mencegah perempuan
yang tergila-gila dengan impiannya (keluar)
ibu suri
soalnya, kau ragu pada
keyakinanmu. kau hanya mampu menjadi perantara. bukan jadi pemain utama!
manda (datang lagi dan bergabung dengan para roh)
kau akan kukutuki, kau akan
menyesal. aku tidak akan bekerjasama dengan orang gila!
ibu suri
peduli apa! hei roh! gali kubur
ini, gali.
para roh
apa yang harus kami gali?
ibu suri
menggali keyakinan! ayo kerjakan!
penggalian mulai dilakukan. para
pemain mengelilingi kuburan. kembang berhamburan ke mana-mana. sementara
panggalian berlangsung, ibu suri memandang jauh, meratapi kehilangan suri.
ibu suri
suri, pulanglah sebelum
berpulang. benih telah lama kusemai. dan padi akan segera dituai. kau
berdendang di bawah lumbung. tapi malang, di sini kau terbujur membujur
kekecewaan.
suri, pulanglah sebelum
berpulang. bawakan aku atap penyisip tajuk balai adat. bawakan aku kitab
bertulis arab melayu pengganti buku tangan dan buku bamboo. bawakan aku lampu
menara, lentera duia, pengganti rekaman suara adzan.
dengan pancaran kubah dan mihrab
cahaya. suri, pulang sebelum….
ibu suri memandang ke arah
penggalian. sosok mayat terbujur di tengah pentas dan para roh kembali ke
tempat mereka semula. ibu suri bangga, seidh dan ragu. semuanya campur aduk
dalam dirinya. bangga karena penggalian berhasil. ragu, apakah memang sosok itu
jasad suri. sedih karena benarkah suri telah mati, seperti orang kseurupan, ibu
suri mengelilingi dan meraba-rab jasad itu. dia pun ingat manda.
ibu suri
manda, kesini! ke sini cepat!
jika malin kermatmu itu bekubur seribu tahun silam di sini, tak mugkin kain
kafannya masih begini baru! ayo manda. jangan sembunyi! wajah suri kita
saksikan sebentar lagi dengan mata kepala kita sendiri!
kesal karena manda tidak datang.
lalu didekatinya sosok jenazah itu, dibelai-belainya dan ikatan kain kafannya
mulai dibuka
ibu suri
o, suri ku. setelah berpulang,
baru kau pulang. setelah jauh, baru kujumpa. setelah tiada, baru kau ada.
suri…suri….
terpekik tiba-tiba karena wajah
jasad itu adalah wajah yang sangat dikenalnya; manda
manda! aiii, yaii, yaiiii!
marah sekali pada manda
sampai ke liang kubur kau jadi
perantara!
tak sadar diri
manda
nah, kan. aku lagi yang
disalahkan. nyatanya menemukan aku. perempuan begini selalu menginginkan aku
terus jadi perantara. padahal aku sudah dikubur. tapi, dia tetap saja
memungkiri. o, perempuan.
para roh datang berputar-putar
mengelilingi ibu suri. manda ikut menghilang dalam putaran para roh itu. mereka
terus berputar-putar dan suara mereka terdengar seperti suara telapak kaki kuda
berlari.
ibu suri bangkit dan
berputar-putar di tengah putara para roh dengan selembar kain putih yang lebih
besar. kain putih itu mengembang di udara, membawahi para roh yang
bergulung-gulung. dengan kain hitam mereka.
perlahan diturunkannya kain
putihnya, dan kini yang kelihatan hanya wajah ibu suri yang letih memandang ke kejauhan.
ibu suri
suri. ya, aku bukan ibumu. dan
juga kau bukan anakku. tak mungkin kau ku anakkan, kau pun tidak mungkin
diperanakkan. suri, bagiku kau hanya satu. satu untuk segalanya. satu untuk
semuanya.
perlahan membeku. matanya redup.
ada sesungging senyum di bibirnya. manis sekali
tamat
Pagaruyung, Juni 1988
Kualalumpur, Desember 2001
No comments:
Post a Comment